28 Juni 2016

Hati-Hati Politisi Busuk Kembali Bergentayangan

Ilustrasi
Kareng Tho kareng Teubot, Penyaket Seot Menggisa gisa. Pepatah itu cukup tepat mengilusstrasikan kondisi ril politik hari ini, betapa tidak meski pilkada masih sekitar 7 bulah lagi, tapi para kandidat yang akan bertarung di pesta demokrasi lima tahunan mulai melakukan safari politik.

Kondisi itu membuat makwa rapasah seorang janda miskin tertegun sekaligus tersanjung. Betapa tidak, dia yang selama ini diabaikan, tiba-tiba disanjung  bak putri raja. Coba, betapa tidak beliau naik bahu, plus ciriet Bieret, orang hebat yang beberapa tahun lalu pernah berkunjung kerumahnya, kini muncul lagi.

Tujuannya? Jelas! Meminta ibu delapan anak dan tujuh cucu untuk mendukung nya sebagai balon bupati. Krue... Semangat! Kareing Thoe Kareing teubot. Penyaket Soet Menggisa gisa, pekik makwa rapasah dalam hati. Beliau pun berguman : Nyoekeuh penyaket rabu abeh yang dipegah poitisi atau birokrat busuk?

“politisi busuk! Pu atranyan?” didalam trimonologi baku, istilah politisi busuk di perkenalkan oleh Samuel Hungtinton sebagai Political decay. Peluruhan politik sebagai sebuah gejala rusaknya sistem perpolitikan. Penyebabnya ada beberapa faktor. Salah satunya, karena tindakan negatif aktor politik itu sendiri yang menganggap pemilih sebagai rakeit bak pisang lhue jeumerang hana le guna. Artinya masyarakat dibutuhkan hanya saat pemilu. Tentu tidak semua politisi ber prilaku demikian. Tapi yang demikian pasti politisi.

Berita Terkait


Ayo bagikan

Tentang:

Suaraceh.com media nya anak muda dalam mencari berita, dikembangkan dan dibangun para intelek muda dalam dunia globaliasi

0 komentar: